
Mend Amidst Stunning Views.
Di dalam kamar hotel mewah beraroma kayu manis, kini terdapat dua pemuda yang sedang fokus dengan kegiatan mereka masing-masing. Keduanya benar-benar tenggelam dalam pikiran yang berbeda. Hema, yang lebih tua satu tahun di atas pemuda yang satunya, membalikkan badannya ke arah kasur teman sekamarnya, Jeremiah.
“Kata gue mumpung masih jam sembilan, pacar lu pasti belum tidur, mending ngobrol dah.” Hema yang dari kemarin malam menjadi korban terror Jayden untuk menasihati Jemi, kini memberanikan dirinya. Mengingat Jemi adalah salah satu orang paling keras kepala di dunia ini, Hema bersumpah kalau urusan seperti ini, ia harus mencari waktu yang tepat. Hingga, keadaan Jemi yang baru saja membersihkan tubuhnya merupakan timing yang pas untuknya beraksi.
Yang diajak bicara mulai mengalihkan manik hazel miliknya ke arah sang pembuka percakapan, tetapi sedetik kemudian berpaling lagi ke pemandangan layar gadgetnya yang mati.
“Enggak usah dah lo berlagak mainin hp mati cok,” ujar Hema tanpa melepaskan pandangannya ke Jemi.
Jemi langsung memberikan lemparan kecil ke Hema, sebuah kulit kacang yang tadinya berserakan di sprei tempatnya tidur. Pemuda bersurai hitam itu langsung beranjak dari aktivitas rebahannya, meraih jaket denim yang tergantung kemudian memakainya.
Jeremiah, melangkahkan kaki panjangnya ke luar kamar. Jari-jarinya dengan terburu-buru mengetik di papan ketik seperti langkah kakinya juga yang tidak kalah terburu-buru, menghubungi seseorang yang seharusnya ia hubungi dari kemarin. Pacarnya, Kaylee.
Hema yang hanya menyaksikan tingkah gitaris band-nya, hanya bisa menghela nafas. “Begitu aja lu terus ampe iblis tobat dan sedekah,” batinnya.
Rambut sebahunya kini berantakan, a messy ponytail sukses bertengger dengan lucu di atas kepalanya yang kecil. Langkah ia terhenti, memang seharusnya begitu sih. Ia sudah tiba di depan laki-laki berjaket hitam. Kaylee menghampiri Jeremiah yang sibuk memainkan gitar, posisinya memunggungi dia.
Jemi menengok, menghentikan jari-jarinya yang tadinya memetik senar gitar. “Sini,” ucapnya sambil menepuk kedua pahanya.
Gila, batin Kaylee. Bukannya apa, masa di tempat outdoor seperti ini ia harus nurut kepada Jemi untuk duduk di pangkuannya. Seperti yang sering Kaylee lakuin kalau lagi berduaan sama Jemi di kamar. Kamar siapa aja. Kamar hotel juga bisa.
“Malu, nanti diliat orang kalau ada yang dateng.” Kaylee masih berdiri di hadapan pacarnya itu. Jemi berdecak, mengulurkan tangannya ke pinggang ramping Kaylee, kemudian menarik tubuh kecil Kaylee lebih dekat dengannya.
Engga sulit buat Jemi menempatkan Kaylee di pahanya, behold now Kaylee with a little rebellion has been on Jemi’s lap. “Jemmm, what do people think when they see us??!”
“That’s great, they’ll think we’re a hot couple.” It was so simple that Kaylee froze under the power of Jeremiah’s eyes. Tanpa sadar Kaylee juga sudah melingkarkan tangannya di leher Jemi. Kedua manik mereka bertemu cukup lama. They’ve been together since they were in high school, they know that things like this can’t go on for long. Meskipun menghadapi hal kayak gini, sama aja kayak muter-muter di labirin dengan alur yang berlika-liku. Jalannya di seputar itu-itu aja.
“The Harbor Bridge looks beautiful tonight, but once you’re in front of me, you’re the one who can beat it.” Jemi memulai percakapan, sejujurnya enggak mau being rush untuk membahas apa yang akhir-akhir ini mengusik mereka. Karena sang laki-laki yang lahir di negara tempat mereka trip sekarang juga tau kalau dibicarain langsung, Kaylee mungkin akan meledak-ledak.
Jemi tau perempuannya seperti apa.
“Gomballlll!” Kaylee memajukan bibirnya, pouty lips yang selalu Jemi sukai ketika pacarnya merajuk. Jemi tersenyum ketika Kaylee memainkan rambut tebal miliknya. Kebiasaan yang enggak pernah Kaylee lewatkan kalau dirinya udah berada di pangkuan Jemi.
Kaylee notice senyuman itu. A smile that is always shown sincerely. A smile filled with countless love for her, and she was lucky that Jeremiah had that smile. Seperti mabuk dengan manisnya bibir tebal yang melengkung di wajah pacarnya, Kaylee rasanya ingin meraup bibir itu sekarang juga, tanpa celah dan lelah.
“Maaf ya, sayang. Aku sebenernya tau kamu capek denger maaf dari a — ” Ucapan Jemi terpotong saat Kaylee mulai menyambar bibirnya, menyesap kayak gak ada hari besok. Jemi menggerutu dalam hati, gue kalah start anjir.
Jemi membalas ciuman Kaylee dengan sama bernafsunya, tangan beruratnya semakin erat melingkar di pinggang sang gadis. Sesekali membelai pipi merona Kaylee, bibirnya kini menghisap dan mengigit bibir Kaylee lebih berani dari sebelumnya. Jeremiah is perfect, but lost in seductive matter that made him weak to withstand them. And Kaylee is the matter.
Lidah Jemi memaksa masuk ke dalam mulut Kaylee dan Kaylee tidak ragu untuk mempersilakannya masuk. The tie-up Jemi created in their cavity was a heavenly gateway that Kaylee had never rejected in her love life. His tongue skillfully absented Kaylee’s teeth.
Tautan mereka berlangsung cukup lama dan cukup intense — sejujurnya sangat intense. Sampai dimana si pembuat onar pertama yang mengalah duluan, Kaylee kehabisan napas setelah Jemi berkali-kali menyesap bibir merah mudanya. Jemi enggak sampai situ-lah. Melihat Kaylee yang sibuk mengontrol napasnya, Jemi juga harus punya kesibukannya. Iya, Jemi sibuk mengecup dan menyesap leher Kaylee. Making Kaylee shake a little from the sensation.
Lehernya dimiringkan, berupa sinyal untuk Jemi harus meneruskan aksinya. Namun, Jemi berhenti. “Jadi, aku gak boleh cemburu ya?”
Kaylee memutar bola matanya dan mendengus, “Kamu tuh bukan gak boleh cemburu, Jem …. Tapi enggak seharusnya kamu cemburu since I’m just putting my eyes on you, as well as my heart. Really.”
“Jem.”
“Sayang.”
“Iya?”
Kaylee mendengus untuk kedua kalinya. “Kamu pernah bilang in jest way kalau aku ini matre, ibaratnya mau yang punya negara juga mau nikahin aku kalau itu bukan kamu, aku mana mau sih!!” Kaylee gemes. Gemes banget sama Jemi yang enggak pernah paham setolol apa Kaylee mau terus sama Jemi. Sampai kapanpun itu.
“Jadi aku harus beli negara dulu?” tanya Jemi dengan wajah penuh requests untuk ditonjok. Jail.
“MAU KAMU MISKIN JUGA AKU MAUNYA SAMA KAMU IH.”
“HAHAHA,” Jemi tertawa dan berkata, “udah enggak matre, sayang?”
“Bodoamat lu awas jangan minta ngewe selama di sini ya!!”
Tawa Jemi semakin menggelegar. Makhluk Tuhan mana lagi yang paling lucu kalau bukan pacarnya yang sedang marah-marah itu. Benar pikirnya, kisah mereka kayak memutuskan buat navigasi sebuah labirin yang rumit. But as long as they were together, they didn’t want to leave the labyrinth too soon. Because where there is beauty, there they must also accept hardship, under any circumstances. Selama bareng Jemi, Kaylee mau muter-muter sampe pusing. Selama bareng Kaylee, Jemi mau denger omelan Kaylee kalau dia udah pusing.
It’s as simple as that.